Friday, 26 June 2009

Manohara: Mano den bana adonyo?

Hwahaha. Tagline gue padang-padang gimanaaaa gitu. Hahaha.


Nggak sih, ga ada yang perlu dibahas lagi tentang gadis remaja muda belia yang

satu ini.. (*cieh.. hahaha). Media-media laen sudah lebih mutakhir menguliti dia.

Gue sebagai ‘penonton’ dan konsumen atau massa (*keracunan UAS Kom-Mas.. huahahah), Cuma menangkap satu kecenderungan di sini.

Berarti, bener prediksi saya (*kata-katanya sapa tuh?? Hahah). Indonesia tuh masih dipengaruhi pasar. Seleranya homogen, singkat, mengarah kepada tren, dan bener-bener rata.

Gimana bias, sekali Manohara mledug (*dhuaaaarrr!! hahaha), terus semua media membeo? Ini indiskriminasi namanya.. Pukul rata… (*najis.. hehe) Padahal kan ga gitu juga ya? Emang Manohara sedemikian di-ekspos karena ada stimulus dari pasar juga. Bahwa masyarakat penasaran dengan perempuan (*konon katanya) didera di tempat mertoku-nya bersarang.

Tapi, apa media massa ga mikir? Bahwa ada minoritas yang ga peduli dengan siapa dia? Yang menganggap dia ga penting dan bukan siapa-siapa? Yang lelah di-pingpong sama tarik-menarik statement? Yang jenuh sama kecenderungan selebritis yaitu gila publisitas?

Dan Manohara-nya apa dia ga mikir? Bahwa ga akan ada sensasi yang berlangsung lama? Sepandai-pandai tupai melompat pasti bakal ngusruk juga? Mau dikamperin atau pake bagus gajah kulkas juga, bau bangke bakalan terendus pada akhirnya? Bahwa massa akan sampai pada satu titik jenuh dimana orang akan muak sama hidangan ‘mano, mano, mano, dan mano’ lagi? Apa dia piker, sensasi ini batu lompatan?

Mano… Mano… Mano den bana adonyo??

No comments:

Post a Comment